Ini Dalil Allah Punya Dua Mata – Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama
Di antaranya adalah sifat dua mata bagi Allah. Allah Ta’ālā berfirman:
“Dan bersabarlah dengan ketetapan Tuhanmu, karena sungguh kamu berada dalam penglihatan Kami.” (QS. Ath-Thur: 48)
Allah Ta’ālā juga berfirman:
“(Yang) berlayar dengan penglihatan Kami.” (QS. Al-Qamar: 14)
Dia Ta’ālā juga berfirman:
“Dan supaya kamu diasuh dalam penglihatan-Ku.” (QS. Thaha: 39)
Inilah tiga ayat yang menetapkan sifat dua mata bagi Allah.
Sifat ilahiah ini kadang-kadang disebutkan dalam bentuk jamak, seperti dalam dua ayat pertama, dan terkadang disebutkan dalam bentuk tunggal, seperti di ayat terakhir (ketiga).
Akan tetapi, sifat ini tidak pernah disebutkan secara eksplisit dalam bentuk muṯannā (dua mata), baik dalam al-Quran maupun dalam hadis yang sahih.
Adapun hadis-hadis yang secara eksplisit menyebutkan “dua mata” adalah hadis lemah dan tidak sahih. Namun, penetapan sifat dua mata bagi Allah, disimpulkan dari hadis yang terdapat dalam kitab Ṣahīh bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam ketika Nabi bercerita tentang Dajjal, beliau bersabda, “Sungguh Dajjal itu picek (buta sebelah) pada mata kanannya, dan sungguh Tuhan kalian tidaklah buta sebelah mata-Nya.” (HR. Bukhari)
Kata al-ʿAwar menurut orang Arab adalah sifat bagi yang memiliki dua mata, salah satunya buta (picek) dan yang lainnya normal. Kata al-ʿAwar menurut orang Arab adalah sifat bagi yang memiliki dua mata, salah satunya buta (picek) dan yang lainnya normal.
Jadi, al-ʿAwar dalam bahasa Arab mengandung penetapan dua sifat. Al-ʿAwar dalam bahasa Arab mengandung penetapan dua sifat: Sifat al-ʿAwar yang pertama, yaitu penegasan memiliki dua mata, sehingga kata al-ʿAwar tidak disifatkan pada yang matanya hanya satu, dan tidak pula pada yang memiliki mata yang banyak (tiga atau lebih).
Kata al-ʿAwar tidak disifatkan pada yang hanya memiliki satu mata, atau pada yang memiliki mata banyak (tiga atau lebih). Sifat al-ʿAwar kedua, bahwa salah satu matanya buta (picek), dan mata lainnya normal. Salah satu matanya buta (picek), dan mata lainnya normal.
Ketika Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyangkal buta sebelah pada mata Allah ʿAzza wa Jalla, dalam sabdanya, “Dan sungguh Tuhan kalian tidaklah buta sebelah mata-Nya.” (HR. Bukhari), sehingga tidak ada sedikit pun cacat pada salah satu mata-Nya Subhānahu wa Ta’ālā.
Dengan demikian, disimpulkan penetapan dua mata bagi Allah, karena buta sebelah tidak menjadi sifat, kecuali yang memiliki dua mata. Sekelompok imam Ahlu Sunah—berdasarkan hadis ini—menyimpulkan penetapan sifat dua mata bagi Allah, seperti Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal dan Usman bin Sa’id ad-Darimi. Inilah yang dikenal dalam akidah Ahlus Sunah wal Jama’ah. Ahlu Sunah menetapkan sifat dua mata bagi Allah ʿAzza wa Jalla.
Pendapat ini dikutip dari mereka oleh Abu al-Hasan, Abu al-Hasan al-Asy’ari dalam kitabnya Maqālāt al-Islāmiyyīn, ketika beliau menyebutkan akidah-akidah sekte-sekte Islam. Ketika Abu al-Hasan al-Asy’ari menyebutkan akidah Ahlu Sunah, beliau menyebutkan bahwa mereka menetapkan sifat dua mata bagi Allah Subẖānahu wa Ta’ālā. Yang telah kami jelaskan ini adalah ranah yang tidak bisa ditetapkan dengan kias (al-Qiyas), sehingga ini bukan mengkiaskan sifat Sang Khalik dengan sifat makhluk-Nya, melainkan disimpulkan dari makna kebahasaan yang menjelaskan dan menetapkan sifat ini, dengan bahasa yang digunakan oleh Syariat untuk berbicara kepada kita, sehingga penjelasannya dalam bahasa Arab adalah sebagaimana yang telah kami jelaskan.
===============================================================================
وَمِنْهَا صِفَةُ الْعَيْنَيْنِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
وَقَالَ تَعَالَى: تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا
وَقَالَ تَعَالَى: وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِي
فَهَذِهِ الْآيَاتُ الثَّلَاثُ فِي إِثْبَاتِ صِفَةِ الْعَيْنَيْنِ لِلهِ
وَذُكِرَتِ الصِّفَةُ الْإِلَهِيَّةُ تَارَةً بِالْجَمْعِ فِي الآيَتَيْنِ الْأُوْلَيَيْنِ
وَتَارَةً بِالْإِفْرَادِ فِي الْآيَةِ الْأَخِيرَةِ
وَلَمْ يَقَعْ ذِكْرُ هَذِهِ الصِّفَةِ مُثَنَّاةً تَصْرِيْحًا
لَا فِي الْقُرْآنِ وَلَا فِي السُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ
فَالْأَحَادِيثُ الْوَارِدَةُ وَفِيهَا التَّصْرِيْحُ بِالْعَيْنَيْنِ ضَعِيفَةٌ لَا تَصِحُّ
لَكِنِ اسْتُفِيدَ إِثْبَاتُ الْعَيْنَيْنِ لِلهِ
مِنَ الْحَدِيثِ الْوَارِدِ فِي الصَّحِيحِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَمَّا ذَكَرَ الدَّجَّالَ قَالَ: إِنَّهُ أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى
وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
وَالْعَوَرُ عِنْدَ الْعَرَبِ صِفَةُ ذِي عَيْنَيْنِ
إِحْدَاهُمَا مَعِيبَةٌ وَالْأُخْرَى سَلِيمَةٌ
وَالْعَوَرُ عِنْدَ الْعَرَبِ صِفَةُ ذِي عَيْنَيْنِ
إِحْدَاهُمَا مَعِيبَةٌ وَالْأُخْرَى سَلِيمَةٌ
فَالْعَوَرُ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ يَتَضَمَّنُ إِثْبَاتَ مَعْنَايَيْنِ
فَالْعَوَرُ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ يَتَضَمَّنُ إِثْبَاتَ مَعْنَايَيْنِ
أَحَدُهُمَا إِثْبَاتُ الْعَيْنَيْنِ إِثْبَاتُ الْعَيْنَيْنِ
فَالْعَوَرُ لَا يُطْلَقُ وَصْفًا عَلَى ذِي عَيْنٍ وَاحِدَةٍ
وَلَا عَلَى ذِي أَعْيُنٍ كَثِيرَةٍ
فَالْعَوَرُ لَا يُطْلَقُ وَصْفًا عَلَى ذِي عَيْنٍ وَاحِدَةٍ
وَلَا عَلَى ذِي أَعْيُنٍ كَثِيرَةٍ
وَالْآخَرُ أَنَّ إِحْدَى تِلْكَ الْعَيْنَيْنِ مَعِيبَةٌ وَالْأُخْرَى سَلِيمَةٌ
أَنَّ إِحْدَى تِلْكَ الْعَيْنَيْنِ مَعِيبَةٌ وَالْأُخْرَى سَلِيمَةٌ
فَلَمَّا نَفَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَوَرَ عَنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
فَقَالَ: وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
انْتَفَى عَنْهُ عَيْبُ إِحْدَى عَيْنَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَاسْتُفِيدَ إِثْبَاتُ الْعَيْنَيْنِ لِلهِ
لِأَنَّ الْعَوَرَ لَا يَكُونُ إِلَّا ذَا عَيْنَيْنِ إِلَّا مَعَ ذِي عَيْنَيْنِ
وَاسْتَنْبَطَ إِثْبَاتَ الْعَيْنَيْنِ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ جَمَاعَةٌ مِنْ أَئِمَّةِ السُّنَّةِ
كَأَبِي عَبْدِ اللهِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَعُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ الدَّارِمِيِّ
وَهَذَا هُوَ الْمَعْرُوفُ فِي اعْتِقَادِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ
أَنَّهُمْ يُثْبِتُونَ عَيْنَيْنِ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ
ذَكَرَهُ عَنْهُمْ أَبُو الْحَسَنِ… أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيُّ
فِي مَقَالَاتِ الْإِسْلَامِيِّينَ لَمَّا ذَكَرَ عَقَائِدَ الْفِرَقِ
فَلَمَّا ذَكَرَ عَقِيدَةَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْحَدِيثِ وَالْأَثَرِ
ذَكَرَ أَنَّهُمْ يُثْبِتُونَ لِلهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَيْنَانِ
وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ لَا مَدْخَلَ فِيهِ لِلْقِيَاسِ
فَهُوَ لَيْسَ قِيَاسًا لِلْخَالِقِ عَلَى صِفَةِ الْمَخْلُوقِ
وَإِنَّمَا اسْتُفِيدَ هَذَا مِنَ الْوَضْعِ اللُّغَوِيِّ فَهُوَ تَفْسِيرٌ لِلصِّفَةِ وَإِثْبَاتٌ لَهَا
بِمَا خُوطِبْنَا بِهِ مِنْ كَلَامِ الشَّرْعِ
الَّذِي تَفْسِيْرُهُ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ عَلَى الْوَجْهِ الَّذِي ذَكَرْنَاهُ